
Kehidupan di Jepang memiliki banyak lapisan, dan salah satu yang jarang terekspos adalah kisah dari balik industri esek-esek. Seorang perempuan, yang sebut saja Beniko, kini 51 tahun, mulai bekerja di industri ini sejak usia 19. Ia sempat bekerja di berbagai tempat, termasuk distrik Yoshiwara yang terkenal di Tokyo, sebelum pensiun pada usia 32 tahun.

Latar Belakang yang Penuh Luka dan Kesepian
Sejak kecil, kehidupan di Jepang tidak mudah bagi Beniko. Ia sering merasa tidak diterima oleh lingkungan sosialnya. Perundungan dari teman sekolah hingga tekanan ekonomi keluarganya membuatnya sulit bertahan di dunia pendidikan. Namun, kegemarannya pada seni membawanya ke sekolah vokasi seni sebelum akhirnya memasuki dunia malam karena desakan finansial.

Dari Pelayan “Pink Salon” ke Fotografer Jalanan
Beniko tidak hanya menjalani kehidupan di Jepang sebagai pekerja esek-esek, tapi juga sebagai seniman yang ingin meninggalkan jejak. Setelah pensiun, ia menikah dan punya anak, namun pernikahannya kandas. Sejak anaknya masuk SMP, ia mulai memotret distrik lampu merah di Jepang dan mengunggahnya di media sosial.

Mengabadikan Sisi Lain Jepang Melalui Kamera
Dengan kamera DSLR di tangan, Beniko menjelajahi sekitar 100 distrik lampu merah di seluruh Jepang. Ia tertarik pada atmosfer dekaden yang menyimpan banyak cerita. Dari yukaku zaman Edo hingga aka-sen dan ao-sen era Showa, semuanya ia abadikan dalam bukunya, Beniko’s Exploratory Journey to ‘Iromachi’.

Membuka Mata Lewat Cerita dan Gambar
Kehidupan di Jepang yang digambarkan Beniko bukanlah tentang gemerlap kota atau budaya pop semata, tetapi tentang sisi manusia yang sering terlupakan. Lewat YouTube dan galeri online miliknya, ia terus berbagi cerita dan sudut pandang yang unik. Ia membuktikan bahwa bahkan dari kehidupan kelam, bisa lahir karya yang bermakna.
Jika kalian ingin melihat karya Beniko, galeri online-nya bisa diakses di https://benico.official.ec (dalam bahasa Jepang).
KAORI Newsline | Sumber




