Perjalanan hidup Harry Prasetya mencerminkan realitas keras yang dialami banyak orang Indonesia di Jepang. Lahir pada 1968 dan besar di Banyuwangi, pria asal Magetan ini mulai merantau ke Negeri Sakura sejak akhir 1990-an. Impian sederhana untuk hidup lebih baik justru membawanya pada serangkaian kegagalan, termasuk penipuan jalur kerja dan pendidikan yang membuat langkah awalnya penuh ketidakpastian.
Kegagalan Berulang dan Hidup Tanpa Kepastian
Sebagai orang Indonesia di Jepang, Harry Prasetya sempat mencoba berbagai jalur resmi, mulai dari program magang hingga sekolah bahasa. Namun kegagalan demi kegagalan membuatnya terdampar di Tokyo, khususnya Shinjuku, dengan status yang tidak jelas. Masa-masa ini menjadi titik terendah, ketika hidup dijalani dengan rasa cemas dan tanpa pegangan yang pasti.
Bertahan Hidup dengan Kerja Serabutan
Memasuki 2001, Harry kembali ke Jepang dalam kondisi overstay, sebuah fase sulit yang juga dialami sebagian orang Indonesia di Jepang lainnya. Ia berpindah ke Gunma dan bekerja di pabrik melalui broker, lalu menjalani berbagai pekerjaan paruh waktu. Dari sinilah kemampuan bahasa Jepang dan pemahaman budaya kerja mulai terbentuk secara otodidak.
Menemukan Jalan di Dunia Otomotif
Ketertarikan Harry pada otomotif menjadi titik balik. Di Saitama, ia bergaul dengan komunitas pecinta mobil dan belajar langsung dari praktik lapangan. Pengalaman ini memperkuat keahliannya, sekaligus memberi identitas baru sebagai orang Indonesia di Jepang yang mampu bersaing di bidang teknis, bukan sekadar pekerja kasar.
Pernikahan dan Masalah Imigrasi
Pernikahan dengan perempuan Jepang pada 2006 membawa harapan, namun masalah imigrasi justru makin rumit. Harry sempat ditahan imigrasi dan menjalani proses hukum yang panjang. Situasi ini memperlihatkan sisi rapuh kehidupan orang Indonesia di Jepang, terutama ketika status hukum dan keluarga saling berkaitan.
Membangun Usaha dan Keluarga
Setelah melalui banyak rintangan, Harry perlahan menata hidup. Ia membangun keluarga, bekerja tetap, dan akhirnya membuka bengkel kecil di Aichi. Sejak 2022, bengkelnya dikenal luas di kalangan orang Indonesia di Jepang, melayani perbaikan kendaraan hingga jual beli mobil.
Pulang dengan Tanggung Jawab yang Tersisa
Meski akhirnya kembali ke Indonesia pada 2025, kisah Harry belum sepenuhnya selesai. Ia masih memikul tanggung jawab cicilan properti dan pembangunan masjid di Aichi. Kisah ini menjadi cermin perjuangan orang Indonesia di Jepang, tentang mimpi, kesalahan, kerja keras, dan harapan untuk meninggalkan jejak yang bermanfaat.
KAORI Newsline | Sumber









![Jelang Konser, Ini Dia 6 Lagu [Alexandros] Paling Nge-Rock Versi KAORI! Alexandros [Alexandros]](https://kaori.pages.dev/wp-content/uploads/2025/12/Alexandros-2025-100x70.jpg)
